Pegal-pegal pada punggung kerap diabaikan atau dianggap sepele. Padahal, rasa pegal yang sering menyerang pinggang, leher, atau bahu pertanda ada yang salah dengan tulang belakang kita.
Rasa pegal adalah salah satu gejala kelainan tulang belakang. Kondisi ini terjadi karena otot bekerja keras menopang postur tubuh yang mengalami perubahan.
Jika postur tubuh tidak segera diperbaiki, rasa pegal bisa berubah menjadi nyeri hebat. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke anggota tubuh lain, seperti tangan, kaki, bahkan juga kepala.
Selain nyeri, ada juga yang merasakan kesemutan pada kaki atau tangan ketika digunakan untuk beraktivitas. Jika kelainan tulang belakang tidak segera ditangani, dikhawatirkan akan menjepit saraf yang bisa berakibat pada kelumpuhan.
Ahli bedah ortopedi dari Rumah Sakit Pluit dan Rumah Sakit Gading Pluit, Bambang Darwono, mengungkapkan, kita harus waspada jika sering merasa pegal setiap kali melakukan kegiatan tertentu.
Kelainan tulang belakang sering tidak disadari karena munculnya tidak langsung disertai rasa sakit. Rasa sakit baru muncul setelah bertahun-tahun kita melakukan sikap yang salah, seperti cara duduk yang salah, sering mengangkut barang yang terlalu berat, atau posisi tidur yang salah, dan lain-lain.
Bambang mengatakan, sakit pada punggung sumber penyebabnya bermacam-macam. Ada yang disebabkan tulang belakang yang bergeser, bantalan tulangnya ambles atau menonjol, degenerasi tulang, saraf terjepit, dan lain-lain.
Manusia sebagai satu-satunya makhluk yang berdiri tegak memang rentan mengalami masalah pada tulang belakang. Pasalnya, tulang tersebut berfungsi menegakkan tubuh sehingga kita bisa berjalan dengan dua kaki.
Adapun bagian yang paling sering mengalami “cedera”, menurut Bambang, adalah punggung bagian bawah atau biasa kita sebut pinggang. “Pinggang merupakan bagian terbawah dari tulang belakang sehingga bagian ini menanggung beban paling berat,” kata Bambang.
Mengutip statistik bidang kedokteran, Bambang mengatakan bahwa sebanyak 80 persen manusia dewasa, baik perempuan maupun laki-laki, pernah mengalami sakit pinggang. Namun, tingkatan dan penyebab sakit pada setiap orang tidak sama.
“Orang bisa sama-sama mengeluh sakit pinggang, tetapi setelah diperiksa lengkap ternyata penyebabnya tidak sama,” ujar Bambang.
Sikap tubuh
Untuk mengurangi risiko sakit pinggang, Bambang menganjurkan agar kita mulai memperhatikan sikap tubuh saat berkegiatan. Posisi tubuh kita saat berkegiatan, meskipun itu hanya duduk atau berdiri, bisa menimbulkan risiko sakit pinggang.
Menurut Bambang, ada penelitian yang dilakukan seorang profesor di bidang kesehatan tulang dari Swedia bernama A Nachemson. Nachemson meneliti berapa beban yang ditanggung oleh pinggang dalam berbagai posisi tubuh.
Pada penelitian itu Nachemson memasukkan jarum ke pinggang sukarelawan lalu menghubungkannya dengan alat pengukur. Pada saat orang itu berdiri tegak, beban yang ditanggung pinggang orang tersebut ia beri nilai 100.
Ketika orang itu duduk, ternyata beban yang ditanggung pinggang masih lebih besar dibandingkan posisi berdiri. Pada saat duduk membungkuk, beban yang ditopang pinggang nilainya 145.
Sementara pada posisi duduk tegak nilai bebannya berkurang menjadi 125. “Itu sebabnya orang yang terlalu banyak duduk lebih sering terkena sakit pinggang,” kata Bambang.
Posisi yang paling berat membebani pinggang adalah posisi tubuh membungkuk untuk mengangkat sebuah benda. Pada posisi ini pinggang harus menanggung beban yang nilainya di atas 175, tergantung berapa berat benda tersebut. Dari berbagai posisi tersebut, posisi rebah adalah yang paling ringan membebani pinggang, nilainya hanya 30.
Bagi orang yang banyak bekerja di depan meja, Nachemson berhasil menemukan posisi duduk yang ideal agar beban di pinggang tidak terlalu berat. Pada saat duduk kita harus bersandar pada kemiringan 110 derajat dengan pinggang diganjal bantal kecil. Pada posisi ini, beban di pinggang hanya bernilai 75.
Berdasar penelitian ini, maskapai penerbangan menyediakan bantal-bantal kecil di kursi pesawat pada penerbangan jarak jauh. Tujuannya agar penumpang menggunakan bantal itu untuk mengganjal pinggang. Tetapi karena ketidaktahuan penumpang atau pramugari, bantal-bantal itu justru digunakan untuk kepala, tangan, dan lain-lain.
Kelainan tulang belakang juga berisiko pada orang-orang yang sering terkena getaran atau hentakan keras. Misalnya saja, orang-orang yang sering melakukan kegiatan bermobil off-road atau orang mengendarai mobil yang peredam kejutnya keras.
Bambang menyarankan, agar kelainan tulang belakang bisa segera ditangani, sebaiknya kita jangan mengabaikan rasa pegal atau nyeri pada punggung.
Jika duduk lama dan punggung mulai terasa pegal, misalnya, berarti kita harus segera meninggalkan kursi untuk jalan-jalan sebentar. “Pegal itu bahasa tubuh yang memberitahu kita bahwa ada yang harus diperbaiki,” tutur Bambang.
courtesy of kompas.com
by : Lusiana Indriasari